Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan kinerja berahi sapi aceh pada kondisi suhu lingkungan yang berbeda. dalam penelitian ini digunakan 20 ekor sapi betina dengan status tidak bunting, minimal 2 bulan pasca partus, sudah pernah beranak, dan sehat secara klinis. penelitian dimulai pada bulan mei-desember 2014. penelitian dibagi atas 2 kelompok perlakuan yakni k1 (eksperimen yang dilakukan pada bulan mei-juni) dan k2 (eksperimen yang dilakukan pada bulan november-desember). seluruh sapi pada kedua kelompok perlakuan disinkronisasi berahi dua kali menggunakan pgf2? sebanyak 5 mg/ml secara intramuskular dengan interval 11 hari. pengamatan berahi setelah sinkronisasi terakhir dilakukan 3 kali sehari secara visual yakni pada jam 08.00, 12.00 dan 16.00 wib. pengamatan kinerja berahi meliputi intensitas, onset, dan durasi berahi. data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t. hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas; onset; dan durasi berahi pada k1 vs k2 masing-masing adalah 4,4±1,07 vs 4,3±1,16; 30,8±19,78 vs 31,6±23,05 jam, dan 32,0±31,49 vs 28,0±23,01 jam. disimpulkan bahwa perbedaan suhu lingkungan tidak memengaruhi intensitas, onset, dan durasi berahi sapi aceh (p>0,05).
Electronic Theses and Dissertation
Universitas Syiah Kuala
PERBANDINGAN KINERJA BERAHI SAPI ACEH PADA KONDISI SUHU LINGKUNGAN YANG BERBEDA. Banda Aceh Universitas Syiah Kuala,2015
Baca Juga : PENGARUH PEMBERIAN GONADOTROPIN RELEASING HORMONE (GNRH) PADA SAPI YANG DISINKRONISASI ESTRUS DENGAN PROSTAGLANDIN F2 ALFA (PGF2?) TERHADAP TAMPILAN BERAHI DAN PERSENTASE KEBUNTINGAN (Ella Desita, 2019)
Abstract
Baca Juga : HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS ESTRUS DENGAN ANGKA KONSEPSI PADA SAPI YANG MENGALAMI INDUKSI ESTRUS DENGAN PROGESTERON DAN PROSTAGLANDIN (Teguh Darianto, 2014)